Sabtu, 17 April 2010

NARKOTIKA DAN PSIKOLOGI

Seperti diketahui bahwa hubungan antara narkotika dan psikologi adalah sangat erat, sehingga di sini akan membahas hubungan antara kedua hal tersebut disertai dengan bahaya-bahayanya.

FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN KECANDUAN NARKOTIK
Sebenarnya banyak faktor yang menyebabkan orang kecanduan narkotik, antara lain:
- Faktor interpersonal
- Kebiasaan
- Sosial budaya
- Ekonomi
- Faktor obat
Dipandang dari segi psikologi maka faktor interpersonal (individu) adalah yang paling menyolok, sebab dapat dilihat bahwa kegemaran dari masing-masing individu adalah berbeda-beda, misalnya ada orang yang gemar minum alcohol, ada yang gemar merokok, ada yang suka makan yang enak-enak, dan lain-lain. Kegemaran dari masing-masing individu ini sebenarnya sudah dimulai sejak kecil. Pada kebanyakan penderita, pemakaian obat (narkotik) ini adalah cara yang paling mudah untuk pelarian pada saat-saat mereka menghadapi suatu masalah, dimana ini merupakan suatu refleksi dari stres psikis dan merupakan suatu usaha untuk mengatasi ketidakseimbangan keadaan intra psikis.

GOLONGAN ORANG-ORANG YANG MUDAH MENJADI KORBAN NARKOTIK
1. Penderita yang sejak anak-anak mengalami suatu hubungan interpersonal yang kurang harmonis di dalam keluarganya, sehingga mengalami regresi dan fiksasi pada masa pregenital, oral, dan masa archais dari perkembangan psokoseksual. Manifestasi ini akan tampak jelas bila penderita mengalami gangguan emosi yang cukup berat, sehingga ia ingin dihargai, ingin dinomor satukan, yang akhirnya ia akan melarikan diri pada obat (narkotik).
2. Keluarga dengan pola kasih sayang yang semu dan terlalu banyak melindungi anak.
3. Kurang perhatian terhadap anak dan kebutuhan emosi anak yang real.
4. Dimana orang tua selalu mementingkan diri sendiri dan hanya mengejar karir dan prestise dirinya, sehingga si anak mementingkan diri sendiri pula.
5. Tidak adanya kejujuran antara anggota keluarga.
Kebanyakan penderita yang kecanduan narkotik adalah mereka yang mempunyai kepribadian yang immatur, kurang dewasa untuk mampu memecahkan problem yang dihadapinya, sehinggan akan timbul kecemasan dan kesedihan ini akan mengakibatkan ketegangan mental yang terus menerus, sehingga penderita akan menjadi sangat gelisah, kemudian penderita akan berusaha menolong dirinya sendiri dengan kemampuan sendiri untuk mencapai kedamaian hati, tetapi gagal. Hal ini akan berlangsung secara terus menerus, sehingga akhirnya penderita lari pada obat (narkotik). Setelah penderita minum obat, penderita merasa tenang, kemudian berusaha untuk lepas dari masalah yang dihadapinya, dan ternyata gagal lagi, kemudian minum obat lagi dan seterusnya, sehingga penderita akan betul-betul kecanduan obat secara serius tetapi masalah yang dihadapinya tidak akan terpecahkan untuk selamanya. Gambaran dari penderita semacam ini akan tampak jelas pada mereka yang waktu kanak-kanak dulu tidak mengenyam dan menikmakti asuhan, bimbingan, pengarahan dan pendidikan anak yang ideal sejak masa kanak-kanak sesuai dengan sifat anak dalam tahap-tahap masa perkembangan jiwa. Sehingga pada waktu anak sudah dewasa akan kurang mampu memilih cara yang benar dalam pemecahan masalah yang dihadapinya.

GAMBARAN SEORANG YANG KECANDUAN NARKOTIK
Pada penderita yang kecenderungan narkotik akan selalu terjadi:
1. Toleransi
Dengan pemakaian yang kronik, efek obat semakin menurun, untuk memperoleh efek obat yang sama semakin lama dosis akan harus dinaikkan sehingga pada suatu ketika saturasi point akan terlewati, dan terjadilah dekompensasi fungsi mental, penderita menjadi sedatifis/hypnotisfis, alkoholis dan ganjais.
2. Ketergantungan psikis (psychys dependence)
Karena pemakaian obat sering menimbulkan gangguan mental sehingga penderita ingin selalu mendapatkan obat tersebut. Sifat dari ketergantungan psikis ini lebih ringan bila dibandingkan dengan ketergantungan-ketergantungan psikis ini lebih ringan bila dibandingkan dengan ketergantungan-ketergantungan fisik (physical dependence), namun penderita sudah sering tidak menguasai diri. Sering pula dari ketergantungan psikis ini penderita sudah menjurus keperbuatan antisocial, sering menimbulkan tindak pidana dan kejahatan-kejahatan yang lain.
3. Ketergantungan fisik (physical dependence)
Ketergantungan terhadap obat sering menimbulkan efek fisik yang serius lebih-lebih bila obat dihentikan secara mendadak, seperti juga ketergantungan fisik ini selalu disertai dengan ketergantungan psikis. Dari sini akan lebih menjurus keperbuatan antisocial. Umumnya banyak tindakan pidana dan kejahatan-kejahatan yang dilakukan oleh penderita-penderita yang mengalami ketergantungan fisik ini.
4. With drawl syndrome (sindrom abstinensi)
Yaitu gejala-gejala yang timbul bila seorang pecandu narkotik atau obat lain, pada waktunya tidak memperoleh obat tersebut, atau pemakaian obat dihentikan secara mendadak. Gejala dari with drawl syndrome ini antara lain: penderita menunjukkan respon autonomic yang berlebihan, kemungkinan ini disebabkan oleh pengeluaran autonomic stabilizing mechanism. Pupil tampak melebar, banyak keringat, tremor, tidak dapat tidur, kadang-kadang menangis, perbuatan antisocial (criminal activity).
Apabila berat, penderita akan mual, muntah diare, sakit perut hebat gerakan-gerakan yang menetap, berat badan turun, sikap menjadi curiga dan suhu tubuh meninggi dan bila extreme penderita bisa meninggal.

Sedang tanda-tanda dan gejala klinis pada keracunan narkotik adalah sebagai berikut:
- Dari keterangan keluarga atau teman terdekat penderita adalah pecandu narkotik.
- Pada kulit lengan tampak bekas-bekas suntikan.
- Kulit terasa gatal, kadang-kadang tampak kemerahan dan lecet-lecet akibat garukan.
- Kepala pusing, perut mual, muntah, tidak ada nafsu makan.
- Perangainya berubah menjadi agresif dan criminal activity.
- Anxietas, kadang-kadang euphori – depresi bergantian.
- Tremor yang kasar, sering penderita menguap dan bersin.
- Suhu tubuh menurun, bila berat maka suhu tubuh akan meninggi.
- Denyut jantung melambat.

PENYELESAIAN MASALAH
Sebetulnya yang akan diutarakan di sini, bukanlah penyelesaian masalah secara tuntas, tetapi lebih bersifat suatu preventif. Sebab jika kita menginginkan penyelesaian masalah secara tuntas, maka oleh karena masalah narkotik adalah sangat komplek, sehingga membutuhkan pendekatan secara multi sektoral, yang melibatkan antara lain: medis, psikologis, penegak hokum, pendidilk, sosial, ekonomi, dan lain-lain. Sedang jika kita ingin melakukan tindak pencegahan maka orang tualah yang memegang peranan penting dalam hal ini. Orang tua harus tahu dan menghayati secara mendalam tentang psikologi perkembangan jiwa agar dapat menjadi tonggak dalam pembinaan mental anak-anak hingga dewasa. Sebab seperti telah dikatakan sebelumnya bahwa penyebab dari kecanduan narkotik adalah penderita dengan kepribadian yang immnatur yang mana ini adalah akibat dari kesalahan orang tua dalam membimbing anaknya, sehingga pencegahan ini oleh orang tua harus kita mulai sedini mungkin, agar generasi selanjutnya terbebas dari masalah narkotik ini.



Sumber : Majalah psikologi populer “Anda”, B. Setia Budiartha, Edisi bulan November, 1979.

2 komentar:

  1. mb, ada info g, seminar tentang cara menghadapi para pecandu?

    BalasHapus
  2. Maaf mbak diah sampai saat ini belum dapat info mengenai info seminar yang diinginkan...

    BalasHapus