Sabtu, 17 April 2010

INTTELEGENSI

Dalam percakapan sehari-hari kita sering mendengar istilah intelegensi dan inteligen. Penggunaan istilah intelegensi sering juga dikenal dengan intelek, pemikiran (reasioning), berpikir (thinking), rasional dan trampil (skilled). Sebelum membahas lebih jauh tentang intelegensi terlebih dahulu kita melihat arti intelegensi dan intelegen. Menurut W. Stern (dalam majalah psikologi popular “Anda”, 1984) intelegensi adalah suatu kesanggupan jiwa untuk dapat menyesuaikan diri dengan cepat dan tepat dalam suatu situasi yang baru. Menurut V. Hees (dalam majalah psikologi populer “Anda”, 1984) intelegensi adalah sifat kecerdasan jiwa. Sedangkan inteligen adalah orang yang bertindak menurut intelegensi yang tinggi.

Kapasitas dan Intelegensi
Setiap manusia mewarisi suatu kapasitas untuk menjadi inteligen, tetapi pada masing-masing individu kapasitas ini mempunyai kadar tertentu, ada yang kapasitasnya tinggi ada yang kapasitasnya kurang tinggi. Dengan singkat dapat dikatakan faktor bawaan yang memberikan kapasitas tertentu pada setiap individu. Ketika kita memberi pendidikan kepada anak-anak kita, ini berarti kita mengembangkan kapasitas yang telah dimiliki oleh anak kita tersebut melalui pengaruh lingkungan. Dari uraian tentang kapasitas dan intelegensi di atas mungkin timbul suatu pertanyaan dalam hati pembaca, jika kapasitas dapat dikembangkan, apakah intelegensi dapat dikembangkan juga? Menurut Binet W. Stern (dalam majalah psokologi populer “Anda”, 1984) menyatakan bahwa intelegensi tidak dapat dikembangkan, tetapi menurut Prof. Kohnstamm (dalam majalah psikologi populer “Anda”, 1984) menyatakan bahwa intelegensi dapat dikembangkan, tetapi mempunyai syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat tersebut adalah:
Bahwa perkembangan itu hanya dapat sampai pada batas kemampuan maximal yang dipunyai orang tersebut. Pengembangan tidak dapat melebihi batas itu, seperti halnya kapasitas, intelegensi setiap orang juga mempunyai batas-batas tertentu yang masing-masing berlainan. Tergantung pula kepada mutu intelegensi. Artinya seseorang tidak akan selesai mengerjakan sesuatu jika pekerjaan itu atas mutu intelegensinya.
Perkembangan intelegensi bergantung pula pada cara berpikir metodis.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Faktor adalah segala kesanggupan yang telah kita bawa sejak lahir. Pembawaan ini pada setiap orang tidak sama. Kematangan adalah saat tepat munculnya sesuatu kemampuan yang kemudian berkembang dan mencapai saat puncaknya. Pembentukan adalah segala faktor luar yang mempengaruhi intelegensi di masa perkembangannya. Minat adalah motor penggerak dari intelegensi. Setiap manusia pasti melakukan perbuatan, baik itu perbuatan positif maupun perbuatan negatif.
Masalahnya sekarang adalah apakah perbuatan yang dilakukan termasuk perbuatan yang inteligen. Tolak ukur apakah yang dapat menilai suatu perbuatan itu dikatakan inteligen atau tidak? Menurut Budi Sayuto (dalam psikologi populer “Anda”, 1984) sesuatu perbuatan disebut perbuatan inteligen bila perbuatan itu memenuhi syarat antara lain:
1. Mempunyai taraf kesukaran tertentu
2. Sesuai dengan tujuan perbuatannya
3. Perbuatan tersebut sifatnya asli (orisinil)
4. Mengandung abstraksi
5. Disertai pengendalian emosi
6. Tidak melawan norma masyarakat
7. Perbuatan tersebuat memerlukan pemusatan perhatian

Ketujuh factor di atas adalah sebagai tolak ukur dari suatu perbuatan yang dapat dikatakan sebagai inteligen.



Sumber : Majalah Psikologi Populer “Anda”, Oleh Budi Sayuto, Edisi bulan Februari, 1984.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar