Jumat, 16 April 2010

MENDIDIK YANG SALAH

Pendidikan yang diberikan orang tua adalah merupakan factor utama dalam kehidupan anaknya dimana orang tua itu harus mendidik serta menuntun agar supaya kelak anaknya itu menjadi seorang yang bertanggung jawab, dan berkepribadian baik. Disamping masih ada banyak faktor yang mempengaruhi, tapi pendidikan orang tua yang penuh kasih sayang sangat berpengaruh. Sering kita lihat bahwa kasih sayang yang berlebihan dapat menghambat anak dalam perkembangan dirinya. Contoh kasus (dalam majalah psikologi popular, 1980):

Ali adalah anak satu-satunya pak Nar dan bu Nar yang kaya raya. Sudah lama beliau ingin mempunyai anak. Setelah dua belas tahun berumah tangga beliau baru diberi seorang putra yang lucu. Tidak heran apa bila beliau mencintainya sejak kecil. Beliau selalu pergi ke dokter bertanya makanan apa saja yang harus diberikan kepada Ali agar tumbuh subur. Menurut ilmu kejiwaan anak tidak perlun diberi mainan yang mahal maupun bagus, tetapi cukup yang biasa asal yang tidak berbaya bagi anak tersebut. Tapi pendidikan yang diberikan bu Nar bukan saja yang wajar bagi anak seumur Ali. Bu Nar malah mengatakan “sayang kalau Ali diberi mainan seperti ini” kata bu Nur sambil memperlihatkan mainan itik-itikan yang sudah cukup mahal. Untuk apa uang ayahnya kalau tidak untuk memanjakan Ali. Setelah Ali beranjak besar dia disekolahkan di TK yang tidak jauh dari rumahnya. Apa yang dipakai Ali baik perlengkapan sekolah maupun seharinya berbeda sekali dengan teman-temannya. Sampai berkali-kali ibu-ibu dari teman-teman Ali mengatakan kepada bu Nar agar jangan terlalu memanjakana anaknya, sebab semua itu akan berakibat buruk. Tapi semua nasihat itu tidak dihiraukan. Setelah Ali keluar dari TK kemudian dia masuk ke Sekolah Dasar. Dia selalu dijemput dan diantar kalau sekolah. Makin besar Ali makin dimanjakan oleh orang tuanya. Apa saja yang ia minta selalu dituruti. Ia tidak diajarkan bagaimana seharusnya menghadapi atau mengatasi masalah atau kesulitan-kesulitan dalam hidup. Ia tidak diajarkan bahwa untuk mendapatkan sesuatu sekarang ini harus berusaha. Hanya sekarang saja Ali belum tahu apa itu yang namanya dimanja dan masa depan. Setelah Ali masuk ke sekolah yang lebih tinggi ia baru merasakan bahwa dirinya dimanja oleh orang tuanya. Banyak yang diminta Ali. Ia minta agar dibelikan sepeda motor dengan alasan agar ia tidak perlu lagi dijemput dan diantar ke sekolah, sebab teman-temannya sudah banyak yang mempunyai motor. Apa yang diminta Ali seharusnya tidak perlu dituruti, sebab Ali dirasa belum cukup umurnya untuk mendapatkan SIM. Selain itu juga berbahaya bagi Ali yang masih kurang umurnya untuk menaiki sepeda motor. Tapi bahaya itu pun tidak terpikirkan oleh Ali yang sudah terlalu dimanjakan oleh orang tuanya. Orang tuanya melarang Ali mengendarai motornya melalui jalan besar, tapi karena semenjak kecil Ali belum pernah dilarang, maka apa yang dinasehatkan orang tuanya tidak dirasakan dan dituruti. Bagaimana akhirnya Ali semakin menjadi-jadi seperti Ali diberi kelonggaran untuk minta uang yang banyak dengan berbagai macam alasan. Ia minta uang tidak saja untuk kebutuhannya saja tetapi lebih dari yang ia butuhkan. Kini Ali semakin besar semakin bertambah nakalnya. Apa saja yang ia kehendaki harus terkabulkan. Malah ia sekarang berani mendustai orang tuanya. Berkali-kali ia dinasehati oleh gurunya agar Ali jangan sering membolos sekolah, tapi semua itu hanya sia-sia saja. Akhirnya saat hari kelulusan tiba, Ali ternyata tidak lulus sekolah. Bagaimana tindakan orang tuanya? Seharusnya Ali diberi pengertian bagaiman supaya ia bias lulus dari sekolahnya. Sebab seorang pelajar mempunyai tanggung jawab belajar. Tapi kedua orang tuanys malah mengatakan “Ah, itu kan yang salah gurunya mungkin”. Dalam uraian ini Ali sudah memperlihatkan perilaku yang tidak terus terang kepada orang tuanya. Ia berani mendustai maupun membujuk untuk selanjutnya supaya ibunya mau mengabulkan permintaannya. Pada uraian diatas telah terlihat dimana dalam kebutuhan Ali tidak pernah kekurangan, bahkan lebih. Di sinilah Ali memepergunakan kesempatan tersebut untuk meminta uang kepada ibunya, tapi malah digunakan untuk berfoya-foya dengan teman-teman Ali yang ugal-ugalan. Bu Nar maupun pak Nar bahkan berkali-kali mendapat petunjuk dari tetangganya agar lebih hati-hati dalam mendidik putranya yang tunggal, supaya kelak Ali tidak menjadi orang yang selalu menggantungkan diri kepada orang tuanya. Karena harta tidak akan selamanya abadi, sedangkan kepandaian tidak akan hancur. Sekarang Ali sudah tidak sekolah. Ia tidak mengerti bahwa sebagai murid maka ia harus belajar. Ia dikeluarkan dari sekolah karena sudah beberapa kali tidak naik kelas. Akhirnya pada suatu hari Ali pergi tanpa pamit kepada orang tuanya, karena ia minta agar dibelikan Colt untuk mencari uang berhubung Ali sudah tidak sekolah lagi. Tapi permintaan itu rupanya masih akan dipikir dulu oleh orang tuanya, karena dirasa itu bukan seperti membeli barang murah saja. Setelah seminggu Ali tidak pulang ibunya mencarinya, tapi hasilnya semua nihil. Ibunya jatuh sakit karena memikirkan ulah putranya sendiri. Beliau sudah mulai menerima saran dari tetangganya agar Ali kalau pulang diberi pengertian dengan didasari bahwa semua itu untuk masa depan juga. Sebulan Ali tidak pulang, keadaan ibunya makin hari makin bertambah sakitnya. Dalam keadaan yang keruh di rumah pak Nar, datang seorang polisi mengabarkan bahwa anak pak Nar yang bernama Ali, telah tertangkap karena telah melakukan penodongan. Pak Nar dan bu Nar tidak bias bertindak selain menyerahkan masalah tersebut kepada yang berwajib.

Jadi, terlihat jelaslah sekarang bahwa tindakan orang tua yang selalu mengistimewakan anak tidak baik sama sekali, malah anak tidak akan menghargai usaha-usaha orang tuanya, tidak akan mengerti mengapa orang tuanya melarang atau mengelakkan apa yang menjadi permintaan maupun kehendak orang tua. Akhirnya si anak akan lari mencari apa yang diberikan di rumah dan ini yang bisa memberikan rasa puas untuk kebutuhan hidupnya. Dengan cara yang tidak halal atau tidak wajar ia bisa mendapatkan apa yang ia inginkan, tetapi pengertian tentang apa yang baik dan yang buruk tidak ia peroleh.


Sumber: Majalah Psikologi Populer “Anda”, Edisi bulan Desember, 1980.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar